Refleksi 3 Ksatria Dewi Fashion Knights 2020 Melalui Tema Mother Earth

Salah satu parade fashion terbesar di Indonesia, Jakarta Fashion Week akan berlangsung pada tanggal 26-29 November 2020 dengan format baru. Dewi Fashion Knights (DFK) kembali akan menutup rangkaian acara JFW pada 29 November 2020 di JFW TV. Tema DFK taun ini yaitu GAIA atau Mother Earth.

“Gaia atau Mother Earth, kembali ke Ibu, ke akar, dan nurani. Kami melihat dan menengok kembali perjalanan di 2020 yang kebanyakan berisi refleksi dan perjalanan ke dalam diri bagi sebagian besar orang. Pandemi dan gejolak lainnya yang terjadi secara global tahun ini membuat banyak pihak mempertanyakan nilai-nilai, tak terkecuali di industri mode. Tentunya hal ini juga berkaitan erat dengan praktik keberlanjutan dan upaya-upaya untuk menuju roda industri yang perputarannya tertutup (closed loop),” ujar Margaretha Untoro, Editor in Chief Dewi Magazine.

Dewi Fashion Knights memilih 3 ksatria fashion untuk tahun ini, 3 ksatria tersebut ialah Chitra Subyakto, Toton Januar, dan Lulu Lutfi Labibi. Terpilihnya 3 ksatria ini dikarenakan mereka memiliki visi dan misi yang sesuai dengan tema DFK tahun ini.

Baca juga  5 Ide Masakan dengan Bahan Dasar Daging Kurban

Menurut Chitra Subyakto, fashion adalah salah satu penyumbang polusi di dunia, dengan Sejauh Mata Memandang ia mencoba lebih dalam dengan tidak hanya memanfaatkan bahan ramah lingkungan namun juga memberi napas baru untuk barang yang terbuang. Dalam prosesnya ia menggunakan kain-kain sisa produksi, kain yang ramah lingkungan, serta kain sisa pre consumer waste dari sisa konveksi yang dikumpulkan dan diproses menjadi benang kemudian ditenun dan menjadi sebuah kain.

image: jakarta fashion week (sejauh mata memandang)

Koleksi Toton Januar untuk DFK tahun ini adalah bentuk renungan yang berangkat dari pemikiran tentang sistem kepercayaan di Indonesia. Sebagai bangsa dengan adat istiadat yang beragam, Indonesia juga punya sejarah cara melihat spritual yang kaya. Toton juga memakai bahan-bahan yang telah lama ada di workshopnya dan tidak menggunakan bahan baru.

image: jakarta fashion week (toton)

Lulu lutfi Labibi kontemplatif dalam DFK kali ini mengembangkan tema sandang, hening, cipta, dan puisi. Pria yang akrab dipanggil Lulu ini terinspirasi dari Joko Pinurbo tentang sandang. Menurut Lulu, kebutuhan manusia dengan sandang pun lari ke hal yang lebih sederhana.

Baca juga  Tren Modest Wear Bermotif Bunga Mekar di JFW 2023

Secara cutting dan visualnya kembali ke basic untuk menutup badan dan ekstetika tetap indah. Kekuatan disini pada puisi sandang dari Joko memiliki pesan tentang keseharian. Puisi dimaknai sebagai peranti permenungan, jalan pulang ke dalam diri. Puisi juga sebagai penghantar untuk lebih menyelami misteri di balik peristiwa sehari-hari. Sama dengan kedua ksatria DFK tahun ini, Lulu juga tidak belanja kain dan tenun baru dan memanfaatkan kain lama yang ia miliki.

image: jakarta fashion week (lulu lutfi labibi)

Untuk pertama kalinya, DFK akan digelar secara digital dan bisa dinikmati oleh semua orang lewat JFW TV, siaran langsung dari media sosial, serta partner yang ikut berpartisipasi menyiarkan peragaan ini.

Penyelenggaraan DFK dan JFW di masa pandemi ini bertujuan untuk ikut membantu dan menggerakkan roda ekonomi, khususnya di industri mode yang punya cakupan luas dari hulu ke hilir. DFK dan JFW juga ingin memberikan inspirasi kepada masyarakat dan mendorong kreativitas serta aktivisme baru, sesuai dengan kampanye besar JFW 2021, Inspiring Creativism. (HV)

Translate »