Sustainable Fashion Sebagai Langkah Mengurangi Limbah Tekstil

Industri fashion saat ini sangat berkembang pesat, tidak hanya di dunia tetapi juga di Indonesia. Salah satu tren fashion yang terus berkembang setiap saatnya adalah pakaian siap pakai atau ready to wear dengan mengusung konsep bisnis fast fashion.

Namun, ternyata hal tersebut menyebabkan banyaknya limbah yang dihasilkan serta menjadikannya salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia. Bahkan menurut Fashion Industry Waste Statistic & zerowaste.id, sepanjang tahun 2019 secara global industri mode menyumbang 20% dari limbah air dunia dan 10% emisi karbon dunia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, sustainable fashion dapat menjadi jawabannya. Dikutip dari zerowaste.id, sustainable fashion adalah praktik dalam dunia fashion yang mengedepankan nilai-nilai lingkungan dan kemanusiaan agar fashion dalam bentuk apapun dapat memakmurkan dan meninggalkan kerugian seminim mungkin.

Di Indonesia sendiri, mulai banyak brand fashion yang mengedepankan sustainability dalam produksinya, salah satunya adalah Sejauh Mata Memandang. Selama ini, Sejauh Mata Memandang memang dikenal sebagai brand yang aktif melakukan kampanye dan komunikasi untuk pelestarian lingkungan.

Baca juga  Jakarta Fashion Week Siap Hadirkan Kreativitas Baru Pada 2021 Mendatang

Akan menumpuknya sampah pada masa generasi yang mendatang menjadi menjadi salah satu alasan Chitra Subaktyo, selaku pendiri Sejauh Mata Memandang untuk mulai peduli terhadap isu lingkungan.

“Kita egois banget ya kalau kita gak memikirkan solusi, dan setiap individu yang ada di bumi bertanggung jawab. Karena kita kan tinggal di bumi dan sebenernya ini bukan tentang menyelamatkan bumi, ini tentang menyelamatkan diri kita dan generasi yang akan mendatang,” ujar Chitra yang juga menjadi direktur kreatif Sejauh Mata Memandang.

Dalam webinar M-Class yang diselenggarakan oleh Yayasan Dian Sastrowardoyo (YDS) dan Magnifique Indonesia, Chitra mengungkapkan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan Sejauh Mata Memandang dalam menerapkan sustainability adalah dengan menggunakan praktik deadstock pada produksinya sehari-hari.

“Sejauh Mata Memandang adalah pesan cinta kami terhadap Indonesia dan bumi. Penggunaan bahan daur ulang serta memanfaatkan materi bahan dari pabrik-pabrik tekstil yang tidak terpakai, yang dikenal dengan istilah deadstock adalah salah satu cara agar kita tidak menambah sampah,” ungkap Chitra.

Baca juga  Komitmen 9 Tahun Havilla Tea Untuk Kembangkan Teh Artisan Lokal Berkualitas

Tidak hanya Chitra Subaktyo, Dian Sastrowardoyo juga hadir dan menjadi moderator dalam jalannya diskusi yang mengangkat tema Mengenal Lebih Dalam Sustainable Fashion. Ia menambahkan, webinar ini diharapkan dapat memberikan pelajaran mengenai gaya hidup sehari-hari, terutama dalam pemakaian fashion yang berdampak besar pada lingkungan,

image: magnifique indonesia

“Dengan mengajak teman-teman mahasiswa dan komunitas untuk ikut acara ini, kita juga ikut menyebarkan informasi penting dan mengedukasi konsumen untuk lebih sadar akan dampak lingkungan sebagai konsekuensi pilihan dan gaya hidup kita.” ucap Dian.

Terakhir, Chitra juga berpesan, perlu untuk memikirkan hasil akhir dari setiap perbuatan yang kita lakukan. Apakah hal tersebut nantinya dapat berdampak buruk pada lingkungan kita di masa depan atau tidak.

“Apapun yang dilakukan baik itu dalam keseharian atau berkarya perlu memikirkan hasil akhir juga. Bahwa hal itu tidak akan menjadi sampah dan menyusahkan kita semua di masa mendatang. Dan bahwa ini bukan tentang menyelamatkan bumi tetapi ini tentang menyelamatkan kita semua,” tutup Chitra.

(AN)

Translate »