Jakarta, 9 Oktober 2019 – Selama perjalanan DFK, berbagai tema berbeda mewarnai penyelenggaraannya. Maka tahun ini, DFK hadir membawa tema Borderless. “Hal ini menggambarkan dunia tanpa batasan atau stigma. Bagaimana dunia melebur jadi satu. Kita bisa lihat melalui teknologi yang telah meruntuhkan beragam batasan. Begitu pula dengan gender yang menjadi fluid dan sudah tak bisa lagi dikotak-kotakan,” ucap Margaretha Untoro, Editor in Chief Dewi Magazine.
Setiap tahunnya juga, DFK hadir dengan desainer atau kesatria mode terpilih. Eksistensi, ketangguhan, serta kemurnian karya mereka menjadi suatu cerita yang indah. Ditambah, mereka juga akan menyuguhkan interpretasi Borderless versi masing-masing. Dengan demikian, DFK 2019 dengan bangga mempersembahkan empat orang kesatria mode terpilih. Mereka adalah Auguste Soesastro, Mel Ahyar, Jeffry Tan, dan Adrian Gan.
Nama-nama tersebut sudah lama menghiasi panggung mode tanah air lewat karya nan apik. Auguste Soesastro mempunyai visi untuk berkontribusi dalam vokabuler pakaian Indonesia. Ia membawa modernisasi ke arah yang tetap bisa relevan dengan kehidupan sekarang tanpa mengurangi nilai aslinya. “Dengan tidak adanya batasan gender, usia, bahkan waktu pada fashion, membuat saya bisa mengeksplorasi banyak elemen dan materi yang belum pernah sebelumnya saya padukan. Untuk itu, saya akan menampilkan banyak elemen sportswear, terinspirasi dari active wear dan classic sports,” ungkap Auguste Soesastro.
Berbeda dengan Auguste Soesastro, Mel Ahyar memilih bermain dengan sisi ketidaksempurnaan dan keunikan. Keindahan yang ia temukan di dalamnya diangkat untuk mengajak orang mencintai kepribadiannya sendiri. “Tema koleksi saya adalah Skins. Saya bercerita tentang media sosial dan kesehatan mental. Skins menjabarkan karakter-karakter yang ada di media sosial.” Mel Ahyar mengungkapkan. Ia juga membuat koleksi yang berkelanjutan dengan berusaha berkarya tanpa sampah. Polanya dibuat sedemikian rupa. Jikalau masih ada yang tersisa, ia gunakan untuk bagian detail.
Di sisi lain, Jeffry Tan ingin meleburkan beberapa unsur menjadi satu kesatuan seperti elemen laki-laki dan perempuan, structured dan fluid, geometrik dan sesuatu yang spiral, serta tenun tradisional dan bahan material industri. “Semua itu digabung dengan karakter saya yang maskulin dan tailored, sehingga lahirlah satu tampilan untuk wanita urban yang modern dan dinamis. Saya juga mengeksplor beberapa hal di luar zona nyaman yang tertuang dalam aksesori dan pola pada celana maupun lengan yang belum pernah saya eksplor sebelumnya,” kata Jeffry Tan menjelaskan.
Begitu pula dengan Adrian Gan yang juga ingin mengungkap sisi lain dari kreativasnya. Meski ia selalu menampilkan kekhasannya menggabungkan dua elemen budaya yang berbeda. Kali ini, Ia akan mengangkat kain ulos Batak yang dirancang lebih modern melalui beberapa unsur bahan dan detail sehingga nampak kekinian dan wearable. “Panggung DFK memungkinkan saya untuk menampilkan karakter yang sebenarnya. Koleksi ini adalah sebuah bentuk dari apa yang selama ini ingin saya buat dan belum pernah ditunjukan. Kebetulan, saya suka sekali dengan kain-kain tradisional, terutama kain-kain Indonesia yang sangat kaya motif dan makna.” ujar Adrian Gan.
Keempat desainer ini siap mempersembahkan karya terbaiknya dalam gelaran DFK 2019. DFK bertujuan merayakan para talenta mode lokal yang telah membuktikan eksistensinya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekadenya, Dewi turut memberikan kesempatan bagi generasi muda berbakat untuk membuktikan dir Seleksi setiap tahunnya tak sekadar menjadi ajang perayaan yang ditunggu-tunggu oleh para penikmat mode, tapi juga menjadi sebuah pencapaian tersendiri bagi para perancang mode yang terpilih. Menjadikan Dewi Fashion Knights sebuah perayaan yang bertahan lebih dari semalam dan memiliki peran aktif dalam menggerakkan kedinamisan dunia mode tanah air.
Scarflover dapat melihat karya terbaru mereka ini yang akan ditampilkan pada Jakarta Fashion Week 2020 tanggal 22 – 28 Oktober 2019 di Senayan City. Tidak sabar untuk melihat karya terbaik mereka !