Asyura merupakan salah satu hari penting dalam ajaran umat Islam. Hari Asyura diperingati setiap tanggal 10 Muharam dalam kalender Hijriah. Bubur Asyura memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam agama Islam.
Tradisi membuat bubur Asyura telah ada sejak zaman Nabi Nuh AS. Melansir Nu online, tradisi membuat bubur suro adalah untuk memperingati mendaratnya kapal Nabi Nuh. Kala itu, Nabi Nuh dan umatnya diberi bencana oleh Allah SWT berupa banjir bandang, dan membuat kapal Nabi Nuh terapung di atas air selama 150 hari
Dilansir dari berbagai sumber, dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”.
Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”.
Kemudian Nabi Nuh berkata: “pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”. Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan. Dan juga peristiwa itu dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari ‘asyuro.
Sejak itu, tradisi memasak bubur asyura dilakukan oleh kaum Muslim di berbagai belahan dunia tak terkecuali di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, bubur Asyura juga menjadi tradisi di Turki yang dikenal dengan Ashure.