Menyusuri Sejarah Peranakan di Jalanan Heritage Singapura

Bukan sekadar estetika Katong dan Joo Chiat menyimpan sejarah budaya Peranakan yang masih hidup.

Ada juga lho yang sengaja menjadikan momen traveling sebagai cara untuk menyelami budaya dan sejarah lokal. Wisata seperti ini tidak kalah seru, karena selain menambah wawasan, kita juga bisa menemukan sisi-sisi unik dari suatu negara yang tidak selalu muncul di brosur wisata. Apa Scarflovers juga termasuk tim “cari yang berbudaya” saat liburan?

Kalau iya, Singapura bisa banget jadi destinasi yang pas. Negara kecil tetangga kita ini ternyata punya cerita besar soal keberagaman. Di satu sisi, modern dan tertib. Tapi di sisi lain, masih memeluk erat warisan budaya dari berbagai etnis. Salah satu yang paling menonjol? Budaya Peranakan, perpaduan Tionghoa dan Melayu yang masih terasa hidup di kawasan Katong dan Joo Chiat.

Kali ini, Scarf Media bersama para finalis Face Of Muslimah Creative diajak menjelajahi sisi unik Singapura bareng Singapore Tourism Board (STB). Salah satu highlightnya adalah menelusuri cantiknya lorong-lorong klasik di Katong dan Joo Chiat.

Image: Pinterest

Perjalanan kami dimulai dari ke Katong Antique House ibarat kapsul waktu yang membawa Anda ke abad ke-19. Di dalamnya, koleksi foto lawas, alat makan dari keramik khas, sampai kebaya dan aksesori Peranakan dipajang rapi dalam suasana rumah tua yang hangat. Tidak heran banyak turis lokal maupun mancanegara datang ke sini untuk belajar langsung tentang sejarah komunitas Peranakan.

Baca juga  7 Merek Koper Andalan Untuk Berwisata

Kami menemukan berbagai kebaya nyonya dengan detail bordir rumit, sarong bermotif klasik, hingga kasut manik selop cantik penuh manik-manik warna-warni. Semua barangnya terasa begitu spesial karena dibuat dengan teknik turun-temurun yang tetap dijaga hingga hari ini. Cocok sekali untuk oleh-oleh, atau sekadar mempercantik koleksi fashion etnik Anda.

Image: Pinterst

Setelah puas cuci mata, perjalanan lanjut ke spot paling ikonis Koon Seng Road. Deretan rumah bergaya Tionghoa. Peranakan dengan warna pastel manis berjajar rapi di kedua sisi jalan. Rumah-rumah ini tidak hanya Instagram worthy, tapi juga menyimpan kisah akulturasi budaya saat dua etnis bertemu dan melahirkan gaya hidup baru yang unik. Sekilas, gaya dan detailnya mengingatkan pada perpaduan Melayu lama dengan sedikit sentuhan Betawi klasik.

Baca juga  Singapore Tourism Board (STB) Perkuat Konektivitas Singapura dan Indonesia

Setelah menjelajahi toko-toko penuh detail dan rumah-rumah warna-warni yang fotogenik, makin terasa bahwa Katong dan Joo Chiat bukan sekadar destinasi yang “cantik”. Di balik visualnya yang menawan, kawasan ini menyimpan cerita panjang tentang perpaduan budaya, kehidupan masyarakat tempo dulu, dan semangat menjaga tradisi yang masih terasa hingga kini.

Jadi jika museum terasa terlalu formal dan staycation terasa terlalu biasa, jalan-jalan ke Katong dan Joo Chiat bisa jadi pilihan tengah yang pas. Budaya dapat, estetik oke, pengalaman pun dijamin berkesan.

Translate »