Pada tanggal 4 Agustus 2019 – 5 Agustus 2019, PLN (Perusahaan Listrik Negara) memadamkan listrik serentak di daerah Jawa dan sekitarnya. Pemadaman listrik ini terjadi karena adanya gangguan pada jalur transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV, di Jawa Tengah yang mengakibatkan pasok energi dari timur ke barat Jawa, termasuk Jawa Barat, Banten, serta Jakarta tidak adanya pasok energi. Pemadaman listrik ini terjadi mulai pukul 11.45 WIB, yang berlangsung kurang lebih hingga 8 jam lamanya.
Hal ini dialami kurang lebih sekitar lebih 100 juta masyarakat. Tetapi, tahukah Anda hikmah dibalik kejadian yang baru saja kita hadapi? Salah satunya ialah, menurut AirVisual.com, tepat pada hari Senin, 5 Agustus 2019, DKI Jakarta turun peringkat menjadi ke-19 dari peringkat pertama dengan kota yang memiliki kualitas udara paling buruk di dunia. Hal ini dicatat oleh Air Visual yang menyebutkan bahwa Jakarta dalam kategori sedang menurut US Air Quality Index (AQI) yang menyentuh angka 79. Sehingga, pada Senin, pagi hari, kadar polutan yang terdapat di Jakarta terlihat lebih cerah, dibandungkan kondisi udara sebelum terjadinya pemadaman listrik.
Awalnya, dalam kurun beberapa waktu lalu, DKI Jakarta memiliki kualitas udara terburuk yang sudah dapat dirasakan polusinya pada pukul 05.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Tetapi, setelah pemadaman listrik terjadi, kadar polutan naik drastis dari angka 107 ke 151 pada pukul 10.00 WIB. Setidaknya, kita dapat benar-benar merasakan bagaimana polusi udara benar-benar berkurang di hari Senin walaupun hanya selama 3 jam. Tidak hanya itu, hal ini juga berdampak pada jaringan komunikasi, yang ternyata hikmah dibaliknya ialah keluarga yang berkumpul pada hari weekend lalu benar-benar meraskaan sensasi quality time yang berkualitas, tanpa sibuk dengan gadget nya masing-masing.
Bagaimana menurut Scarflover dengan adanya hal seperti ini?
(Penulis : DA)