
Pentingnya Sifat Malu Dalam Islam
Malu adalah sifat segan ketika melakukan berbagai aktivitas atau tindakan yang tak biasanya dilakukan. Dalam agama Islam memerintahkan pemeluknya memiliki sifat malu karena salah satunya dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.
Rasulullah SAW bersabda, “Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.” (HR Bukhari-Muslim).
Sifat malu sangat perlu dimiliki oleh seseorang dalam semua aktivitas kehidupan. Seseorang dapat menahan diri dari perbuatan tercela, hina, dan keji. Dengan sifat malu, seseorang akan berusaha mencari rezeki yang halal dan merasa menyesal jika tidak melakukan kebaikan setiap harinya.
Apabila rasa malu sudah hilang, secara bertahap perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus menurun kebawah hingga lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang. Dia mencabut rasa malu dari orang tersebut.”
Rasa malu terdiri dari tiga macam:
- Rasa malu kepada diri sendiri
Rasa malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh dihadapan Allah dan kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Rasa malu ini mendorongnya meningkatkan kuantitas amal soleh dan pengabdian kepada Allah SWT.
- Rasa malu kepada sesama manusia
Hal ini pening untuk mengendalikan diri agar tidak melanggar terhadap aturan, ajaran dan tuntutan agama.
- Rasa malu kepada Allah SWT
Seseorang yang malu kepada Allah SWT, tidak akan berani melakukan kesalahan dan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslim.