
Mengulik Sejarah Taman Sari
Bagi Anda yang sering mengunjungi Yogyakarta untuk sekedar berlibur, pasti sudah sering mengunjungi tempat yang satu ini, yaitu Taman Sari. Terletak tidak jauh dari titik nol kota Yogyakarta, Anda bisa menemukan bangunan ikonik yang berdiri kokoh.
Tak hanya dikenal sebagai salah satu tempat wisata, namun Taman Sari sendiri memiliki kisah-kisah sejarah yang menarik untuk diulik.
Sebelum itu, perlu diketahui bahwa Taman Sari telah melalui proses renovasi terkait akibat adanya bencana gempa pada tahun 200 silam yang terjadi di Yogyakarta.
Melansir laman kratonjogja.id, Taman Sari ini telah dilakukan pembangunan secara bertahap mulai 1758 M pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Adapun ditunjuk Raden Rangga Prawirasentika selaku Bupati Madiun sebagai seorang penanggung jawab pelaksanan pembangunannya.

Untuk desainnya sendiri dikerjakan oleh arsitek asal Portugis yang datang dari Gowa, Sulawesi. Pembangunan tersebut ditandai oleh candra sengkala “Catur Naga Rasa Tunggal” yang menunjuk tahun 1684 Jawa.
Tempat wisata yang memiliki luas lebih dari 10 hektar ini sangat eyecatching dan tentunya instagramable karena banyak memiliki spot-spot foto menarik. Nuansa nyaman dan sejuk bisa Anda dapatkan saat berkunjung kesini. Di sekitaran Taman Sari, ada terdapat kolam-kolam cantik.
Terdapat dua danau buatan yang ada di sekitar kompleks Taman Sari yang dikenal dengan istilahansegaran yang artinya lautan. Kedua danau buatan ini dihubungkan dengan sebuah kanal yang memotong lorong penghubung Plataran Magangan dan Plataran Kamandhungan Kidul.
Taman Sari dahulu pernah difungsikan sebagai tempat pertahanan lho, Scarf Lover. Terlihat pada bagian tembok yang sengaja dibuat tebal dan juga gerbang-gerbang yang dilengkapi dengan penjagaan. Ada pula tempat untuk menempatkan segala jenis persenjataan yang dikenal dengan bastion atau tulak bala. Tak hanya itu ada pula lorong bawah tanah yang sengaja dibuat sebagai sebuah jalan agar bisa berpindah di satu tempat ke tempat lain.
Saat Scarf Lover berkunjung ke Taman Sari, tak hanya akan mendapatkan wisata yang biasa saja, namun juga wisata religi. Terlihat dari adanya bangunan sebuah Sumur Gumuling yang difungsikan sebagai sebuah masjid dan juga Pulo Panembung yang digunakan untuk meditasi oleh sang Sultan.
(AA)