Adalah manusiawi jika seorang wanita ingin selalu kelihatan menarik dan tampil sempurna. Bahkan ketika fisik sudah berubah seiring usia, masih ada banyak usaha yang dilakukan kaum wanita agar fisiknya tetap prima. Sebagian wanita memilih melakukan investasi kesehatan dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat sedari muda, dipadukan dengan perawatan kulit. Tapi ada juga yang memilih melakukan tindakan instan demi mempercantik diri.
Dalam seni medis, tentunya kemajuan teknologi menjamin keamanan dari operasi estetis, tapi menurut dr. Anne Wallace, Chief of Plastic Surgery di Unversitas California, operasi plastik tidak bisa dianggap sepele. “Ketika Anda melakukan operasi plastik maka Anda mengubah atau mengganggu keseimbangan tubuh Anda, dan bisa berdampak pada timbulnya masalah baru,” ujar Anne.
Misalnya saat seseorang melakukan liposuction pada bagian paha dan perut bawah, akan mengakibatkan matinya sel lemak pada bagian tersebut. Sehingga ketika berat badan pasien naik kembali maka distribusi lemak tidak akan seimbang dan menumpuk pada bagian lain, seperti lengan dan perut bagian atas.
Selain itu ada juga beberapa risiko lain yang menghantui tindakan operasi plastik.
1.Kerusakan saraf
Setiap tindakan bedah atau operasi memiliki potensi kerusakan saraf, termasuk ketika melakukan operasi plastik. Kebanyakan kasus ditemukan pada wanita yang mengalami perubahan sensitivitas setelah melakukan operasi pembesaran payudara. Hal ini merupakan salah satu ciri terjadinya kerusakan saraf. Bahkan bisa berakibat fatal, seperti hilangnya sensasi pada puting.
2. Infeksi
Sama dengan kerusakan saraf, tindakan bedah selalu memiliki potensi untuk terjadi infeksi. Apabila dialami oleh pasien bedah, infeksi perlu ditangani dengan antibiotik dengan dosis tinggi dan bisa saja berakibat kematian jika lambat diobati.
3. Bekas luka
Anggapan bahwa operasi plastik berarti tanpa bekas luka adalah salah. Bekas luka akan tetap ada namun bisa disembunyikan. Akan tetapi tentu saja bekas luka tersebut akan terlihat dan bisa jadi malah mengurangi kepercayaan diri Anda.
4. Body Dysmorphic Disorder
Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan salah satu gangguan psikologis yang mungkin dialami oleh pasien operasi plastik. Gangguan ini menyebabkan pasien memiliki obsesi untuk terus memperbaiki dirinya. Orang dengan BDD bisa menemukan kekurangan dalam fisiknya, dan akan berusaha untuk memperbaiki kekurangan sekecil apapun. Bisa saja orang dengan BDD ini akan melakukan operasi plastik secara berulang-ulang.
5. Hematoma
Merupakan kumpulan darah tidak normal yang berada di luar pembuluh darah. Kondisi ini adalah salah satu risiko yang dihadapi ketika melakukan operasi pembesaran payudara dan facelift. Apabila sudah terlalu parah hematoma bisa berakhir dengan tindakan operasi.
Dalam ajaran Islam sendiri operasi plastik dibagi menjadi dua kategori menurut Sheikh ‘Atiyyah Saqr, mantan ketua Al-Azhar Fatwa Committee. Kategori pertama adalah tindakan operasi plastik yang dilakukan untuk mengubah apa yang telah Allah ciptakan sebaik-baiknya, dengan tujuan demi “kesempurnaan”, Operasi plastik semacam ini dikecam dan tidak diperbolehkan dalam Islam.
Sementara kategori kedua adalah jenis operasi plastik yang dilakukan untuk alasan medis. Misalnya memperbaiki kondisi fisik akibat kecelakaan, memperbaiki kondisi cacat, dan lain sebagainya yang bermanfaat agar orang tersebut bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik maka diperbolehkan dalam Islam. (DC)