Berbicara mengenai masalah lingkungan, isu terbesar saat ini adalah mengenai limbah plastik. Indonesia sendiri merupakan penyumbang sampah plastik kedua terbesar di dunia. Data tersebut diucapkan oleh Susi Pudiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan.
Data yang didapatkan juga menyebutkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun di mana 3,2 juta ton di antaranya terbuang ke laut. Hal ini menjadi permasalahan karena sampah plastik ini bisa mencemari laut, terkonsumsi oleh fauna laut hingga membahayakan mereka, bahkan mikro plastik yang masuk dalam tubuh ikan kemungkinan bisa masuk ke tubuh kita, apabila kita mengonsumsi ikan yang lautnya tercemar plastik.
Menyadari besarnya masalah sampah plastik ini, beberapa produsen makanan dan minuman yang banyak dari kemasannya mengenakan plastik, kemudian mencoba merubah perilaku konsumennya dengan meniadakan sedotan di beberapa store-nya.
Seperti yang dilakukan oleh PT. Sari Coffee Indonesia yang memegang lisensi Starbucks Indonesia. Coffee chain raksasa ini mulai 1 Oktober lalu akan mengurangi penggunaan sedotan dan menggantinya dengan material yang lebih ramah lingkungan, seperti paper straws, bio-cassava bag, dan rPet cup yakni gelas yang dilengkapi tutup khusus untuk memudahkan konsumen menikmati minuman. Kebijakan ini merupakan bagian dari program Starbucks Greener Nusantara. Penerapan dari pengurangan sedotan ini akan mulai diterapkan di seluruh store Starbucks di Bali, baru nantinya akan menyebar ke seluruh Indonesia.
Menyusul Starbucks, McDonalds Indonesia juga menggagas gerakan #MulaiTanpaSedotan pada 12 November lalu. Nantinya para konsumen tidak akan lagi menemukan dispenser sedotan di store McDonalds di seluruh Indonesia. Anda tidak akan lagi mendapatkan sedotan untuk hampir semua jenis minuman, baik ketika makan di tempat, take away, Drive Thru, atau McDelivery. (DC)
