
Scarf Media Gelar Business Talks 2025, Potensi Budaya sebagai Sumber Daya Ekonomi Kreatif Halal
Perkuat ekosistem bisnis lokal bertahan di tengah kondisi yang dinamis
Melihat keadaan bisnis lokal terutama dari kacamata Scarf Media pada modest fashion lokal saat ini menghadapi masa sulit akibat melemahnya daya beli, ketidakpastian ekonomi, regulasi pemerintah yang sering berubah, serta persaingan produk asing. Kondisi ini menuntut pelaku usaha untuk adaptif, kreatif, dan berani melakukan transformasi strategis agar tetap bertahan dan relevan.

Menghadapi keadaan tersebut, Scarf Media kembali menggelar Business Talks 2025 sebagai bentuk komitmen dalam mendorong pertumbuhan industri kreatif berbasis nilai-nilai halal. Mengangkat tema bertajuk “Monetizing Culture: Navigating the Cultural Economy for Halal Creative Industry”, acara ini berlangsung di Somerset Kencana, Jakarta pada Rabu, 21 Mei 2025, dan dihadiri oleh pelaku industri kreatif, akademisi, serta pemangku kepentingan dari sektor ekonomi halal.

Dihadiri oleh Ingrid Kansil selaku Chief National Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia, Temi Sumarlin selaku Founder & CEO Scarf Media, dan Yudi Tukiaty selaku Cofounder Buzzohero. Acara ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana budaya baik dalam bentuk wastra, kuliner, desain, hingga gaya hidup dapat menjadi sumber daya ekonomi yang produktif dan berkelanjutan, khususnya dalam konteks industri halal yang terus berkembang di Indonesia dan dunia.

“Membangun usaha melalui keragaman budaya dapat diwujudkan dengan mengangkat potensi lokal seperti Batik Cianjur, yang kaya akan makna dan filosofi mulai dari motif Batik Padang yang merefleksikan perpaduan budaya, Gong Si Bolong yang melambangkan kekayaan seni tradisional, hingga Batik Beas yang menggambarkan simbol kesejahteraan berfilosofi dari beras dan ayam,” jelas Ingrid Kansil.

Selain itu, “Mempertahankan bisnis yang sudah ada membutuhkan strategi yang adaptif, salah satunya melalui konten digital bagaimana suatu brand mampu membangun kedekatan emosional dengan audiens, memperkuat nilai dan identitasnya, serta menciptakan keterlibatan yang berkelanjutan melalui narasi yang autentik, visual yang kuat, dan pemanfaatan platform digital secara konsisten,” jelas Yudi Tukiaty.

Adapun membangun kerja sama, baik di tingkat lokal maupun global bisa menjadi strategi yang bisa digunakan. Seperti halnya Temi Sumarlin memaparkan riset pasar yang dilakukan sepanjang 2023-2025 dari hasil perjalanan ke beberapa liputan, antara lain Paris Modest Fashion Week, Abu Dhabi Modest Fashion Week, Singapura Business meeting, Malaysia Business Meeting serta Riyadh Fashion Night menjadi langkah strategis yang memperkuat fondasi bisnis dan menjadikannya lebih kokoh serta berkelanjutan dalam menghadapi dinamika pasar. Harapannya riset pasar tersebut bisa membantu pelaku halal kreatif industri terutama di industri modest dan muslim fashion untuk lebih tajam menentukan pasar tujuan. “Membangun kolaborasi lintas wilayah baik lokal maupun global adalah langkah penting untuk menjadikan bisnis tidak hanya adaptif, tapi juga berdaya tahan dan relevan dalam jangka panjang. Selalu melihat potensi dan market negara lain menjadi langkah proaktif dalam memperluas jangkauan bisnis, membuka peluang kolaborasi internasional, serta menguatkan daya saing brand di kancah global,” ungkap Temi Sumarlin.
Scarf Media menegaskan bahwa diskusi ini bukan hanya tentang wacana, tetapi menjadi pemicu untuk aksi nyata dalam menciptakan ekosistem bisnis yang berakar pada budaya, berorientasi global, dan berpijak pada nilai kebaikan. Business Talks 2025 oleh Scarf Media bisa menjadi langkah penting dalam mengarahkan fokus industri kreatif ke arah yang lebih berdampak baik secara ekonomi, sosial, maupun spiritual.
Scarf Media Business Talks 2025 didukung oleh Somerset Kencana Jakarta, Ruka Coffee, Mecca Fried Chicken, OKEOCE, Bank Syariah Indonesia, Issa Group (Vivi Zubedi, Brand No Brand, Mayyech, dan Oliv and Love, Instaperfect, Riskavebrie.