Mengenal Rohana Kudus: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sejarah dan budaya, telah melahirkan tokoh-tokoh yang memainkan peran penting dalam pembentukan identitasnya. Salah satu tokoh yang patut dihormati adalah Rohana Kudus, seorang jurnalis wanita yang mencatat sejarah sebagai pelopor di bidangnya. Dengan keberaniannya mengekspresikan gagasannya melalui tulisan, Rohana Kudus tidak hanya mengubah wajah jurnalisme di Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi para wanita untuk berkontribusi secara aktif dalam dunia pers.

Melansir dari jurnal berjudul ROHANA KUDUS DAN PENDIDIKAN PEREMPUAN oleh Silfia Hanani. Rohana Kudus lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia merupakan anak dari seorang jurnalis, Muhammad Rasyad Maharaja dan seorang ibu rumah tangga, Kiam.

Baca juga  Sosok Ahed Tamimi, Wanita Asal Palestina yang Berani Lawan Tentara Israel

Semasa kecil ia pernah diangkat menjadi anak angkat Jaksa Alahan Panjang, disana ia mendapatkan privilege pendidikan agama dan keterampilan yang baik. Sehingga ia bisa membaca dan menulis, tidak seperti anak-anak yang lainnya pada masa itu.

Pada umur delapan tahun ia mengikuti ayahnya pindah ke Simpang Tonang Talu Pasaman. Dalam kesehariannya dia mendapatkan tugas untuk mengasuh kedua adiknya, Rahma dan Ruskan. Sembari menemani adiknya Rohana membaca di depan teras rumah dengan suara yang lantang, sehingga banyak orang yang lewat depan rumah heran dan kagum akhirnya banyak anak-anak yang mendengar apa yang dibaca oleh Rohana. Lama kelamaan ia menjadi guru untuk teman-temannya, belajar membaca, mengaji, memasak bahkan jahit-menjahit.

Baca juga  Cerita Hijrah dr. Tirta yang Berawal dari Mimpi

Semasa kecil ia sudah terbiasa dengan surat kabar dan majalah, kedekatannya dengan media massa sangat dekat. Sehingga terbit penghargaan pada 17 Agustus 1974, menjadikan ia seorang jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Sekaligus menjadi pelopor media massa dengan mendirikan surat kabar Sunting Melayu di Kota Padang dan padusi pada 10 Juli 1912.

Rohan dapat membuktikan tentang kebebasan perempuan dengan mengisi kekosongan pers oleh perempuan dan membuktikan bahwa perempuan sanggup dan bisa berkontribusi dalam dunia pers.

Ketika hijrah ke Medan, Rohana menjadi redaksi pada Surat Kabar Perempuan Bergerak. Kemudian pada tahun 1924 Rohana menjadi redaktur surat kabar radio yang diterbitkan oleh Cina Melayu Padang.

Translate »