
Belajar Kesabaran dari Umi Pipik
Sampai saat ini pasti Anda masih terus meningat dan mengenang alm. Ustadz Jeffry atau yang lebih dikenal dengan Uje. Ia pergi dengan meninggalkan istri serta keempat orang anak yang saat itu masih berusia belia.
Pada saat itu, seluruh masyarakat berduka, mengingat alm. Uje merupakan salah satu Ustadz yang dikenal selalu memberikan kajian-kajian membangun dengan cara yang berbeda.
Namun dibalik kepergiannya, ada sosok yang kuat dan tegar untuk bisa terus semangat menjalani kehidupan, yakni Ustadzah Pipik atau Umi Pipik, istri alm. Uje.
Tak mudah untuk menjadi seorang single parents. Apalagi kehidupannya yang seringkali dengan mudah tertangkap layar kamera.
Ada banyak sekali ujian yang dilalui oleh Umi Pipik, terutama setelah alm. Uje meninggal. Bertubi-tubi sehingga mungkin orang awam berpikir sepertinya tidak kuat bila harus mendapatkan ujian seperti itu, dari mulai kehilangan suami, kehilangan ayah dan juga tempat tinggal di waktu yang cukup berdekatan.
Lewat sebuah unggahan video di Youtube Oki Setiana Dewi, Umi Pipik mengungkapkan bahwa ia bisa kuat karena nasihat yang diberikan oleh sang ayah sebelum dirinya meninggal, dan ia memegang teguh nasihat tersebut.

“Waktu ditinggal Almarhum, bapak saya baru memberikan nasihat kepada saya sewaktu beliau sakit. Beliau kasih nasihat ke saya, kamu gak boleh nangis, kamu punya tangan, punya kaki. Kuatkan tangan sama kaki kamu. Ikhtiar, jangan hidup dari belas kasih orang lain.Tapi minta belas kasih Allah. Itu yang saya pegang.” tuturnya.
Sebagai seorang perempuan, terutama single parents tentu harus memiliki hati yang kuat dan juga tegar untuk tetap semangat menjalani hidup, terutama demi anak-anak. Saat dirinya dan anak-anak kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran, Umi Pipik menyadari bahwa kejadian tersebut merupakan titik balik kehidupannya.
“Karena apa yang selama ini kita kumpulkan, harta itu semua hanya titipan. Kapanpun Allah bisa ambil. Kita punya pasangan atau orang tua, meninggal. Ya semua juga pasti akan meninggal, jadi tinggal waktunya saja,” ujar Umi Pipik
“Cuma saat kita punya tempat untuk tidur, untuk ibadah, bercengkrama sama anak-anak. Akhirnya kehilangan itu. Bingung saat itu, ya Allah, nanti saya tinggal dimana sama ana-anak? makan apa? dapet uang darimana? karena semua habis,” ujarnya.
Namun dirinya sungguh menyadari bahwa keberadaan Allah SWT sangat dekat, kita bisa merasakan kedekatannya dengan berbagai cara. Pasca kebakaran tersebut, Umi Pipik dan keempat anaknya harus tinggal dengan berpindah-pindah tempat. Ia merasa harus kuat dan tidak boleh menyerah demi kelangsungan hidup anak-anaknya kelak. Dirinya selalu berdoa kepada Allah SWT untuk melancarkan rezekinya agar bisa memberikan rumah untuk anak-anak.
“Aku selalu berdoa, Ya Allah, dengan penyakit saya, saya gak mau sebelum saya meninggal anak-anak saya belum punya rumah. Itu yang saya takutkan, maksudnya takut mereka terlantar hidupnya atau apa. Jadi saya kepingin sebelum saya meninggal, saya bisa bangunkan rumah untuk anak-anak. Jadi ketika saya meninggal, anak-anak tenang. Berikan rezeki bagaimanapun caranya,”
Tentunya Allah SWT sangat mencintai hambanya yang selalu bersabar, ikhtiar dan berdoa kepada-Nya. Umi Pipik percaya bahwa Allah itu dekat dan tidak pernah tidur, Allah mendengar doa-doa hambanya sampai akhirnya diberi kepercayaan untuk dapat memiliki rumah sendiri untuk tempat bernaung. (AA)