
Scarf Media Bawa Diskusi Makna Modesty ke Panggung Utama JFW 2025
Scarf Media hadir lewat diskusi “How Culture Shapes Our Perception of Modesty” bersama Temi Sumarlin, mengupas modesty lintas budaya dan zaman.
Di tengah semarak Jakarta Fashion Week 2025, Scarf Media kembali hadir bukan hanya sebagai media partner, tetapi juga sebagai ruang diskusi untuk menggali makna mendalam di balik modest fashion. Bertempat di JFW Center Stage pada 30 Oktober 2025, sesi bertajuk “How Culture Shapes Our Perception of Modesty” menghadirkan Temi Sumarlin CEO dan Founder Scarf Media sebagai pembicara utama.
Dalam pembukaannya, Temi mengapresiasi kolaborasi panjang antara Scarf Media dan Jakarta Fashion Week yang terus mendukung pertumbuhan modest fashion di Indonesia. Ia menegaskan bahwa tema warisan (heritage) yang diusung JFW tahun ini selaras dengan nilai-nilai Scarf Media yang sejak awal berdiri telah mengedepankan gaya hidup halal dan berbudaya.
Berbicara soal modesty, Temi mengajak audiens untuk melihat konsep ini dari perspektif yang lebih luas. “Setiap budaya memiliki cara pandang berbeda tentang kesopanan,” ujarnya. “Modesty bukan hanya tentang pakaian, tapi juga perilaku, cara berbicara, hingga bagaimana kita menghargai diri sendiri dan orang lain.”

Ia juga menyoroti perbedaan antara muslim wear dan modest wear. Jika muslim wear sering diartikan sebagai busana yang memenuhi syariat, maka modest wear menawarkan ruang yang lebih universal pilihan estetika yang dapat diterima lintas agama dan budaya, namun tetap menonjolkan nilai kesopanan.

Melalui pengalamannya lebih dari satu dekade memimpin Scarf Media, Temi melihat bagaimana pemaknaan modesty terus berevolusi. Perempuan kini tidak lagi memandang kesopanan sebagai batasan, melainkan sebagai bentuk ekspresi diri yang elegan dan berkarakter. Dalam konteks global, terminologi ini bahkan menjadi jembatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke panggung internasional tanpa kehilangan identitas lokalnya.

“Ketika kita berangkat dari akar budaya sendiri, justru itu yang membuat kita berbeda dan dicari dunia,” jelasnya. Ia menambahkan, di tengah dominasi budaya digital yang menciptakan standar baru dalam berpakaian dan berperilaku, penting bagi generasi muda untuk tetap sadar akan nilai-nilai yang mereka bawa.
Sebagai bagian dari rangkaian Jakarta Fashion Week 2025, sesi ini menjadi momen reflektif di tengah gemerlap panggung mode. Melalui pandangan Temi Sumarlin, audiens diajak untuk memahami bahwa modesty bukan sekadar tren berpakaian, tetapi cerminan warisan budaya yang hidup di setiap individu.
Diskusi ini menegaskan bahwa di balik setiap karya fashion, tersimpan nilai dan cerita yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan sejalan dengan semangat JFW tahun ini yang merayakan warisan sebagai sumber inspirasi tanpa batas.








