Omset UMKM Turun 20%-50% Pasca Kerusuhan

Di tengah ricuhnya demo, gerakan sosial media jadi penyemangat agar roda ekonomi tetap berjalan.

Demonstrasi yang berlangsung sejak 25 Agustus lalu awalnya muncul karena kekecewaan masyarakat terhadap kenaikan tunjangan DPR. Sayangnya, aksi yang semula damai berubah ricuh pada 28–30 Agustus akibat provokator. Bukan hanya menelan korban jiwa, kerusuhan ini juga membuat perekonomian tersendat. Dan seperti biasa, UMKM tulang punggung ekonomi rakyat jadi pihak yang paling merasakan pukulannya.

Bagi UMKM, dampaknya terasa nyata. Jalanan yang ditutup, pusat kota lumpuh, hingga toko-toko kecil terpaksa berhenti operasional membuat omzet mereka merosot tajam. Pedagang kaki lima kehilangan pelanggan, ojek online sepi order, bahkan beberapa usaha rumahan kesulitan berproduksi karena distribusi bahan baku tersendat. Dari hasil riset komunitas modest fashion Scarf Media, sebagian besar pelaku UMKM mengaku penurunan omzet mencapai 20–50% dalam beberapa hari terakhir.

Di balik situasi sulit, lahir gerakan solidaritas warga yang ramai digaungkan di media sosial. Scarf Media pun mengajak lewat tagar #BersamaUMKMIndonesia, sebuah ajakan untuk terus mendukung pelaku usaha kecil dengan cara sederhana, belanja produk lokal, pesan makanan UMKM lewat aplikasi online, hingga berdonasi untuk pedagang yang terdampak. Pesannya jelas roda ekonomi rakyat harus tetap berputar, meski kondisi politik sedang panas.

Baca juga  Berburu Barang Kreatif UMKM di Festival Creativethings Jakarta

Cara Mengatasi Dampak ke UMKM

Scarf Media mengangkat isu ini sebagai bentuk ajakan sekaligus kepedulian pada UMKM Indonesia, khususnya pelaku usaha modest fashion yang ikut merasakan dampaknya. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan agar UMKM tetap bertahan:

1. Belanja produk lokal

Konsumen bisa mengutamakan belanja dari pedagang sekitar atau UMKM online agar omzet mereka tidak semakin jatuh.

2. Optimalkan platform digital UMKM

UMKM perlu lebih aktif memanfaatkan marketplace dan media sosial, supaya tidak bergantung sepenuhnya pada penjualan offline yang mudah terganggu.

Baca juga  Pengembangan UMKM Bali Pada Bali Jagadhita Culture Week

3. Kolaborasi komunitas

Sinergi antar UMKM, seperti promosi bersama atau bundling produk, bisa meningkatkan daya tarik di mata konsumen.

4. Dukungan pemerintah

Stimulus sederhana, mulai dari subsidi ongkir, relaksasi pajak, hingga modal darurat, bisa menjadi penopang bagi usaha kecil yang sedang terpukul.

Gerakan warga lewat media sosial memang belum cukup menutup kerugian besar yang dialami UMKM. Namun, dukungan sederhana dari masyarakat seperti membeli, mempromosikan, atau sekadar membagikan info usaha kecil sudah menjadi penyelamat di tengah kondisi sulit.

Pada akhirnya, demo ricuh kemarin memberi pelajaran bahwa UMKM bukan sekadar bisnis kecil, melainkan penopang utama ekonomi rakyat. Menjaga mereka tetap hidup berarti menjaga stabilitas ekonomi bersama.

Translate »