Cita Tenun Indonesia Hidupkan Tenun Tradisi Lewat “Kalatara”

Menghidupkan kembali jejak budaya lewat karya perajin dan desainer muda.

Scarflovers, tenun bukan sekadar kain. Ia adalah aksara visual, menyimpan jejak budaya, doa, dan laku hidup masyarakat Nusantara. Lewat KALATARA, Cita Tenun Indonesia (CTI) kembali menghidupkan tenun di era modern dengan menghadirkan tafsir segar atas warisan berharga ini.

Kata “Kalatara” sendiri berasal dari Sansekerta, kala berarti waktu dan tara berarti menyeberangi. Filosofi ini menjadi pijakan CTI untuk menunjukkan bagaimana tenun bergerak melintasi ruang sakral tradisi menuju tafsir kontemporer. Tenun yang dulunya terikat aturan adat kini ditafsir ulang dengan bahasa mode, sehingga lebih dekat dengan generasi masa kini tanpa kehilangan akar budayanya.

Perjalanan KALATARA dibuka oleh Alto Project yang menafsir ulang Tenun Ikat dan Tenun Pahikung asal Sumba Timur. Dilanjutkan Amotsyamsurimuda dengan Tenun Songket dari Manggarai Barat, hingga Wilsen Willim yang menutup rangkaian dengan Tenun Putussibau khas Suku Iban, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca juga  Keindahan Budaya Makassar melalui Koleksi 'Selayar' Ria Miranda
Image: Cita Tenun Indonesia

Kolaborasi ini juga diperkuat dengan program “Aram Bekelala Tenun Iban” (Mari Berkenalan dengan Tenun Iban) yang digagas bersama Yayasan Kawan Lama sejak awal 2025 di Putussibau, Kapuas Hulu. Program ini menghidupkan kembali teknik Tenun Ikat dan Tenun Sidan, sekaligus meneguhkan peran perempuan Dayak Iban sebagai penjaga tradisi dan penggerak ekonomi lokal.

Mengapa kami begitu antusias untuk mengangkat Tenun Dayak Iban? Karena kami mencoba mengeksplorasi pewarnaan alam dengan bahan baku yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain,” ujar Sjamsidar Isa, pengurus Cita Tenun Indonesia.

Baca juga  Terinspirasi Dari Subway, Coach Luncurkan Pop Up Store Di Mall Pondok Indah 2

Karya para perajin ini tampil dalam palet warna bumi yang natural sekaligus kaya: indigo, hijau rumput, kuning savana, terracotta, off white, hingga hitam. Nuansa warna ini menghadirkan kekuatan visual yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga merepresentasikan kekayaan alam Indonesia.

Sejalan dengan gerakan budaya nasional, CTI juga mendorong semangat “Hari Wastra” setiap Kamis di mana masyarakat diajak mengenakan kain wastra Indonesia, termasuk tenun. Sebuah langkah sederhana namun bermakna untuk terus melestarikan warisan wastra Nusantara.

Scarflovers, KALATARA bukan sekadar peragaan mode, melainkan pernyataan budaya bahwa tenun Indonesia siap menyebrangi waktu, merayakan akar tradisi, dan tampil sebagai identitas modern yang hidup di tubuh generasi hari ini.

Translate »