Ginjal Akut Misterius Menyerang Balita, Kemenkes Bentuk Tim Investigasi

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) Kementerian Kesehatan RepubIik Indonesia (Kemenkes) telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal. 

Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes.

mengatakan tim terdiri atas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) untuk penyelidikan dan penanganan kasus gangguan ginjal akut misterius atau acute kidney injury progresif atipikal yang terjadi pada anak dan mengimbau masyarakat mewaspadai gejala penyakit tersebut.

 

  • Gejala:

 

  • Produksi urine sedikit dalam 3-5 hari
  • Batuk dan pilek
  • Diare dan muntah
  • Demam

 

 

  • Kasus di Indonesia (Data IDAI per 14 Oktober 2022)
Baca juga  Perbedaan PCR, Antigen, dan Antibodi

 

  • Jumlah 152 kasus
  • Tren usia 1-5 tahun 
  • Sebaran kasus di 16 provinsi

 

 

  • Provinsi dengan kasus tertinggi:

 

  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Sumatera Barat
  • Aceh 
  • Bali

Dalam penanganan Kemenkes membentuk tim investigasi 

  1. Membentuk tim investigasi untuk mengetahui penyebab penyakit
  2. Menerbitkan tata laksana dan manajemen klinis gangguan ginjal akut progresif atipikal. 
  3. Berkoordinasi dengan pakar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang melakukan investigasi kasus serupa di Gambia.

Sementara, IDAI bertugas dalam:

  1. Mengumpulkan data penemuan kasus di berbagai daerah di Indonesia
  2. Melacak kasus terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak. 
  3. Mendorong tenaga dan fasilitas kesehatan melaporkan temuan kasus kepada Kemenkes/ Dinas Kesehatan Masyarakat setempat.
Baca juga  Buah dan Sayur Ini Dapat Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Melansir dari AntaraNews, Nadia mengungkapkan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), hingga kini tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik.

Sementara hasil diskusi dengan tim dari Gambia, Afrika, yang mempunyai kasus serupa tentang dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. 

“Tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut, karena tidak terdeteksi dalam darah,” ujarnya. 

Kemenkes hingga saat ini sedang berkoordinasi dengan pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengadakan investigasi kasus di Gambia untuk mengetahui hasil investigasi.

Translate »