Belajar Makna Toleransi dari Nabi Muhammad

Kehidupan di dunia tidak akan berjalan tanpa adanya Islam. Hampir semua orang di belahan dunia belajar Islam dan bahkan memeluknya. Untuk memahami Islam, kita harus memahami Muhammad sebagai Nabi dan Manusia.

Menurut Karen Armstrong dalam buku Muhammad: Prophet of Our Time (2007) menuliskan, “No view of the modern world is complete without an understanding of Islam. To understand Islam, we must understand Muhammad as prophet and man.”

Dari perkataan Karen Armstrong, dunia perlu memahami Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu, agar dapat memahami Islam dengan lebih baik. Sekaligus juga untuk menyelesaikan berbagai problem kemanusiaan di dunia dengan jauh lebih baik.

Baca juga  Keikhlasan Ustadz Khalid Basalamah Mengikuti Prosedur Covid-19 untuk Kepergian Sang Ayah

Nabi Muhammad memiliki pribadi yang santun dan toleran atas berbagai perbedaan dan keragaman pada umat manusia. Sosok inilah yang perlu kita contoh dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat dari kisah toleransi Nabi Muhammad SAW terhadap kaum Yahudi dengan berperilaku baik. Ketika beliau memperlakukan Ahli Kitab, baik Yahudi ataupun Nasrani. Beliau sering mengunjungi mereka. Beliau juga menghormati dan memuliakan mereka. Jika ada di antara mereka yang sakit, beliau menjenguknya. Beliau pun menerima hadiah mereka dan memberi hadiah kepada mereka.

Baca juga  5 Keutamaan Surat Al Kahfi

Toleransi bukan soal mayoritas ataupun minoritas. Toleransi tidak boleh mencampuradukkan aqidah. Toleransi juga bukan soal membenarkan keyakinan yang berbeda-beda. Toleransi juga bukan soal membenarkan satu pihak. Toleransi merupakan keberanian untuk menghormati dan menghargai perbedaan di antara kita, agar hidup tetap rukun dan damai.

Translate »