Penggunaan Media Sosial Pada Anak, Intip Hasil Surveynya!

Saat ini, gadget sudah bukan barang baru lagi di tengah masyarakat. Sebelumnya, bisa dikatakan bahwa hanya orang dewasa yang bisa bermain gadget, khusus anak-anak dibatasi penggunaannya. Karena dikhawatirkan akan menjadi kecanduan dan kurang fokus.

Namun ternyata, semenjak perkembangan teknologi semakin berkembang, pilihan dan keputusan orang tua pun berubah, banyak orang tua yang akhirnya memilih untuk memperkenalkan gadget dan media sosial pada anak agar lebih mengenal dunia luar.

Sebuah fakta yang merujuk pada hasil riset Neurosensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids yang melakukan survey bulan Februari lalu kepada 269 responden (52% laki-laki dan 48% perempuan) menyatakan bahwa sekitar 87% anak-anak Indonesia sudah mulai dikenalkan pada media sosial sebelum usianya menginjak 13 tahun. Angka tersebut lebih tinggi pada anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, yakni 92%.

Pada rumah tangga berpenghasilan rendah, rata-rata memperkenalkan media sosial pada anak di usia 7 tahun, dan 54% diantaranya dikenalkan sebelum usia 6 tahun.

Baca juga  Wardah Luncurkan Produk Terbaru untuk Jaga Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan Mayarakat

Kemudian hasil riset lain menunjukkan pada perbedaan durasi penggunaan media sosial.

“Meskipun dimulai pada usia yang sangat muda, anak-anak di rumah tangga berpenghasilan rendah menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial (2,4 jam sehari) dibandingkan teman seusia mereka di rumah tangga berpenghasilan tinggi yaitu 3,3 jam sehari),” ujar CEO NeuroSensum & SurveySensum, Rajiv Lamba.

Photo by Magnus Mueller from Pexels

Hasil dari survey tersebut mengungkap bahwa daftar media sosial yang ramai digunakan adalah YouTube, Whatsapp, Instagram, Facebook dan Twitter. Anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk bermain media sosial untuk sekedar mencari hiburan di waktu luang. Namun berbeda halnya bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan menengah, mereka lebih fokus pada kegiatan komunikasi dan pembelajaran online.

Rajiv Lamba menjelaskan bahwa tentu kita semua harus melihat sisi positif dari penggunaan media sosial pada anak-anak. Karena menurutnya, di masa pandemi seperti saat ini, anak-anak menjadi lebih terbiasa memanfaatkan media sosial untuk membuat konten.

Baca juga  6 Makanan Sehat untuk Ibu Menyusui

“Meskipun aktivitas memproduksi konten ini lebih banyak dilakukan oleh anak dari kalangan atas, hal tersebut memunculkan kekhawatiran lain di kalangan orang tua,” kata Rajiv.

Pada survey tersebut juga melakukan riset terhadap perasaan orang tua mengenai kedekatan anaknya pada media sisal. Hasilnya, banyak orang tua yang masih merasa khawatir saat anaknya ternyata mengonsumsi konten yang bersifat kekeran dan seksual. Tidak hanya itu, bullying di dunia maya pun juga menjadi perhatian bagi mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa dampak negatif media sosial secara psikologis lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan efek terhadap kesehatan fisik. Hal tersebut didukung dengan 98 persen orang tua yang lebih khawatir terhadap tontonan negatif yang berdampak terhadap anak-anak mereka.

(AA)

 

Translate »